Inspirasi Ramadhan 1436 H

Saudara pembaca yang budiman, kami meyakini jika anda sampai kepada beberapa tulisan sederhana kami ini anda adalah pribadi yang mengharapkan ridha Illahi sebagai penyambung hikmah quran yang disampaikan dalam bentuk dakwah apa pun itu metodenya, entah di masjid, tempat umum, rumah atau sarana lain tatkala atmosfer ramadhan menyeruak maka berlimpah pahala diraih dan salah satunya ialah melalui kotak amal jariah khususnya ketika kita melaksanakan ibadah tarawih di masjid tercinta dimanapun berada.
Kami terinspirasi saat berniat bertarawih ingin rasanya setiap malam menyisihkan uang untuk kotak amal jariyah masjid. Bayangkan jika di bulan biasa pahala berdasarkan hadist bernilai 700 kali lipat, sedangkan dibulan ramadhan ibadah sunnah pun bernilai ibadah wajib.
Namun, terkadang kita lupa membawa uang tersebut dikarekan sesuatu hal yang bermacam2 atau malah kita merasa sedikit rugi menunda nanti dan nanti.
Untuk itu, kami mencoba melahirkan sebuah produk kerajinan , berharap memberikan motivasi setidaknya mengingatkan atau memberi semangat agar tiap malam tarawih kita senantiasa beramal jariyah khususnya dalam hal ini di masjid.
Produk sederhana ini berupa dompet mini yang praktis namun memiliki nilai bonafide tinggi karena terbuat dari kulit sapi, elegan dan mewah. Hal tersebut ditujukan untuk memotivasi niat tulus bukan untuk riya (wallahualam), pun berharap selalu dipakai dari ramadhan satu ke ramadhan berikutnya.
Sekali lagi pembaca yang budiman ini, ini bukanlah semata promosi, hanya saja segmen produk ini benar adanya merupakan inspirasi bulan Ramadhan berkah. Sudah ada beberapa yang memesan namun memang tujuannya lain, yakni sebagai dompet kartu nama biasa. Maka alangkah senangnya jika kami menerima pesanan dari pribadi-pribadi yang terinspirasi oleh ramadhan berkah 1436 H melalui blog ini.
Jika Pembaca berkenan silahkan berkunjung ke halaman ini : Dompet tarawih inspirasi ramadhan.
Mohon maaf bila kurang berkenan.
Semoga segala amal ibadah yang kita jalani di bulan penuh pahala ini menjadi nilai ivestasi dan kenangan indah saat kira di surga-Nya kelak. Aaamiiin ya robbal aalamiin.

Rasulullah dan Istri-istrinya [bagian 2/2]

“Dengan bersikap tawadu kepada istri, mempersilahkan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau”.

____________________________________________

Rasulullah tidak melewatkan kesempatan sedikitpun kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.

Aisyah r.a. mengisahkan :

Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah saw dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Kemarilah!” sekarang kita berlomba berlari”. Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau hanya diam saja atas keunggulanku tadi hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang lalu!” (H.R. Ahmad).

Sungguh merupakan sebuah bentuk permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian yang sangat besar . beliau perintahkan rombongan untuk berangkat lebih dahulu agar beliau dapat menghibur hati sang istri dengan mengajaknya lomba berlari. Kemudian beliau memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata : “Inilah penebus kekalahan yang lalu!”

Bagi mereka  yang sering bepergian melanglang buana serta memperhatikan keadaan orang-orang yang terpandang pada tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan Rasulullah saw. Beliau adalah Nabi yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat-saat kejayaan, beliau kembali dari sebuah peperangan dengan membawa kemenangan bersama rombongan pasukan besar. Meskipun demikian, beliau tetap seorang yang penuh kasih sayang dan rendah hati terhadap istri-istri beliau para Ummahatul Mukminin r.a. Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan, perjalan panjang yang ditempuh, serta kemenangan yang dirain di medan pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau didampingi istri-istri kaum hawa yang lemah serta membutuhkan sentuhan lembut dan bisikan manja. Agar dapat menghapus beban berat perjalan yang sangat meletihkan.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah saw kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti Huyaiy r.a. Beliau mengulurkan tirai di dekat unta yang akan ditungganginya untuk melindungi Shafiyyah r.a dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada lutut di sisi unta tersebut, dan mempersilahkan Shafiyyah r.a untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.

Pemandangan seperti ini memeberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawaduan beliau. Rasulullah selaku pemimpin yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus memberikan teladan kepada umatnya. Dengan bersikap tawadu kepada istri, mempersilahkan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau.

Sumber: 24 jam bersama Rasulullah : Abu Aqila, lebih lengkap dengan membeli bukunya.

Rasulullah dan Istri-istrinya [bagian 1/2]

Sampai-sampai beliau pernah mengajak Aisya Ummul Mukminin r.a berlomba lari untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.

____________________________________________

Keberadaan Rasulullah saw sebagai pemimpin, setiap harinya tersibukkan dengan beragam persoalan umat, mengurusi dan membimbing mereka. Namun hal itu tidak menjadi alasan beliau untuk tidak meluangkan waktu membantu istrinya dirumah. Bahkan didapati beliau adalah orang yang perhatian terhadap pekerjaan di dalam rumah, sebagaimana persaksian Aisyah r.a ketika ditanya tentang apa yang dilakukan Rasulullahsaw di dalam rumah. Aisyah r.a mengatakan :

“Beliau biasa membantu istrinya. Bila datang waktu shalat beliau pun keluara untuk menunaikannya.” (H.R Bukhari)

Beliau bahkan ikut turun tangan untuk meringankan pekerjaan yang ada, seperti perkataan Aisyah r.a. :

“Beliau manusia sebagaimana manusia yang lain. Beliau membersihkan pakainnya, memerah susu kambingnya, dan melayani dirinya sendiri”. (H.R Bukhari)

Demikianlah contoh sebuah ketawaduan dan sikap rendah hati (tidak takabur) serta tidak memberatkan orang lain. Beliau turut mengerjakan dan membantu pekerjaan rumah tangga. Seorang hamba Allah yang terpilih tidaklah segan mengerjakan itu semua.

Sifat penuh pengertian, kelembutan, kesabaran dan mau memaklumi keadaan istri amat lekat pada diri Rasulullah. Rasulullah saw sangat penyayang, penuh kasih, berakhlak bagus , dan bergaul dengan baik terhadap keluarga, istri dan selain mereka.

Nabi Muhammad saw sangat baik hubungannya dengan istri beliau. Wajahnya senantiasa berseri-seri, suka bersenda gurau dan bercumbu rayu. Beliau selalu bersikap lembut dan melapangkan mereka dalam hal nafkah, serta tertawa bersama. Sampai-sampai beliau pernah mengajak Aisya Ummul Mukminin r.a berlomba lari untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.

Rasulullah saw memiliki etika berumah tangga yang paling mulia dan sederhana. Beliau selaku Nabi umat ini yang paling sempurna akhlaknya dan paling tinggu derajatnya telah memberikan sebuah contoh yang berharga. Beliau selalu berlaku baik kepada sang istri dan dalah hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita. Beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang istru yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.

Dalam berbagai kesempatan, beliau selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi. Rasulullah pernah menjawab pertanyaa ‘Amr bin Al-`ash r.a seputar masalah ini. Lalu beliau menjelaskan kepadanya bahwa mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.

Amr bin Al-`Ash r.a pernah bertanya kepada Rasulullah saw : “Siapakan orang yang paling engkau cintai ?” beliau menjawab: “Aisyah!” (Muttafaq ’alaih)

Barangsiapa yang mengidamkan kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah-kisah ‘Aisyah r.a bersama Rasulullah. Lihatlah kiat-kiat Rasulullah dalam membahagiakan “Aisyah r.a.

Dari ‘Aisyah r.a ia berkata :

“Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah saw dari satu bejana.” (H.R. Bukhari)

Diantara kemulian akhlah Rasulullah saw dan keharmonisan rumah tangga beliau ialah memanggil `Aisyah r.a dengan nama kesayangan dan mengabarkan kepadanya berita yang membuat hatinya gembira.

Asiyah r.a menuturkan : Pada suatu haru Rasulullah saw berkata kepadanya :

Wahai ‘Aisyi (panggilan kesayangan ‘Aisyah r.a), Malaikat Jibril as tadi menyampaikan salam buatmu” (Muttaq ‘alaih)

Rasulullah tidak melewatkan kesempatan sedikitpun kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.

sumber:lihat di bagian 2

Rasulullah dan Istri-istrinya [bagian 2/2]

ads here were not made by admin, be wise